Menurut Satrio Arismunandar, yang pernah mengajar di Ilmu Komunikasi FISIP UI, Hamas ingin menghancurkan klaim kemenangan total Israel. Israel saat ini menganggap, entitas Palestina seolah-olah sudah tidak ada. Wilayah Palestina yang diduduki dianggap sudah takluk sepenuhnya di bawah kekuasaan Israel.
Bahkan, lanjut Satrio Arismunandar, Israel begitu percaya diri karena sukses meraih sejumlah kemenangan diplomatik internasional. Yaitu, sejumlah negara Arab baru-baru ini telah bersedia menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.
Selain Mesir dan Yordania yang sudah duluan, beberapa negara Arab belum lama ini menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Antara lain: Maroko, Sudan, Uni Emirat Arab, dan Bahrain.
“Israel sangat berharap untuk segera menjalin hubungan diplomatik dengan Arab Saudi dan Indonesia. Jika itu terjadi, kemenangan Israel sudah paripurna, setidaknya secara simbolik. Jika tidak ada serangan Hamas ini, mungkin hubungan diplomatik Israel-Saudi bisa terwujud,” ujar Satrio.
Satrio menjelaskan, situasi yang dihadapi bangsa Palestina sekarang mirip situasi Indonesia pada 1949. Meskipun bangsa Indonesia sudah memproklamasikan kemerdekaan pada 1945, militer Belanda masih mau bercokol di Indonesia.
Belanda menyebarkan berita kepada dunia internasional bahwa Republik Indonesia dan tentaranya sudah tidak ada. Atas dasar tersebut, Belanda merasa berhak menduduki dan menguasai Indonesia kembali.
“Namun rakyat Indonesia bertekad memperjuangkan kemerdekaan dan tidak mau menyerah dengan propaganda penjajah Belanda,” lanjut Satrio.
Serangan Umum 1 Maret 1949 digagas oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan disetujui oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman. Sri Sultan lalu diminta Jenderal Soedirman untuk berkoordinasi langsung dengan Letkol Soeharto, yang kala itu menjabat sebagai Komandan Brigade 10/Wehrkreise III.
“Meski hanya berhasil menguasai Yogja selama 6 jam, Serangan Umum 1 Maret 1949 berhasil membuka mata dunia internasional bahwa bangsa Indonesia dan TNI masih eksis, dan tidak goyah dalam mempertahankan kemerdekaan,” tegas Satrio.
Dampak Serangan Umum 1 Maret di antaranya: menunjukkan kepada dunia internasional bahwa pemerintahan Republik Indonesia dan TNI masih ada. Ini mendukung perjuangan diplomasi pemerintah RI di sidang Dewan Keamanan PBB.
Aksi ini juga mendorong perubahan sikap Amerika Serikat, yang berbalik menekan Belanda untuk melakukan perundingan ulang dengan Republik Indonesia.
“Serangan Umum 1 Maret 1949 telah membangkitkan moral dan motivasi rakyat dan TNI yang sedang bergerilya, serta mematahkan semangat pasukan Belanda. Dalam kasus Palestina, serangan Hamas membangkitkan martabat, rasa percaya diri, dan semangat rakyat Palestina,” tutur Satrio. ***